Popular Post

Posted by : Unknown Tuesday, February 9, 2010


Usai Rektor menyilangkan tali biru pada penutup kepala segi lima dan kilatan cahaya kamera di samping kiriku, tak lebih dari lima menit, aku kembali masuk barisan manusia yang memakai kostum yang sama seperti ku. Semacam jubah berwarna biru gelap, dengan potongan tangan hanya mampu menutupi lengan kurus ini dan panjang jubah yang tak lebih dari lutut. Serta strip kuning tipis di bagian tangan kanan. Membaris, seperti antrian semut yang mendapat perintah dari ratunya untuk mengambil butiran gula. Digiring menuju tempat duduk yang masih hangat karena kududuki tadi, aku mencocokkan nomor kursi agar tidak salah memilih. Meski sebenarnya, tidak perlu juga aku melihat nomor kursi, karena aku tinggal mengikuti saja orang didepan yang duduk tepat disamping kiri ku tadi. Dan walah, kini aku sudah berhadapan lagi dengan kursi tadi.
Belum lama duduk, secara cepat kepala seperti diputar-putar, membuat rasa mual di perut dan pandangan mata ku mulai tidak menangkap objek dengan normal. Dipandangan mataku, yang ada hanya gumpalan-gumpalan seperti gelembung sabun berwarna kuning menyala. Menutupi seluruh pandanganku.
Rasa tidak nyaman ini memutuskanku untuk memejamkan mata dan mengatur posisi badan agar menempel pada punggung kursi. Setelah senyaman mungkin, aku mulai menenangkan pikiran…


Hari itu Ilyas si bayam muda, sudah siap untuk ‘semuanya’. Hari ini Ilyas memutuskan tidak akan mau menyahut jika ada teman-teman yang masih memanggilnya dengan sebutan “si bayam muda”. Ia tidak suka dipanggil “si bayam muda” bukan karena sebutan tersebut membuatnya malu, Ilyas sadar bahwa hari ini ia akan menjadi bayam yang berguna bagi umat manusia. “Hari ini dengan melewati ruang itu!...” Ilyas menunjuk sebuah ruangan persegi empat yang besarnya hanya cukup dimasuki oleh 4 sampai 6 manusia, persis di depan ladang, “…akan menyehatkan manusia yang memakan saya” lanjutnya.
Ucapan tersebut ternyata mendapat perhatian dari satu temannya, “Dari mana kamu tahu bahwa manusia akan memilih kamu?” tanya teman tersebut. Ilyas yang mendapat pertanyaan tersebut memutuskan untuk tidak langsung menjawabnya. Dengan penuh ketenangan dan kepercayaan diri Ilyas memejamkan mata dan memberi sedikit aksen segaris senyum untuk beberapa detik, lalu dengan pelan dan pasti Ilyas membuka mata, “Selama ini saya selalu menjaga kesehatan. Saya menolak dengan halus jika ada teman-teman yang mengajak bermain. Saya memilih untuk beristirahat dan menjaga diri agar kandungan vitamin di diri saya tidak berkurang atau menghilang. Saya juga rajin memandikan diri agar serangga atau tikus sawah segan mendekat”.
Mendengar ucapan tersebut, teman Ilyas tadi menjadi bangga. Iya berkata pada Ilyas bahwa “Ilyas memang sangat memikirkan masa depan, ia tidak leha dan lalai untuk menjaga dirinya, agar dapat menyehatkan manusia”. Untuk itu, teman tersebut merasa malu pada dirinya sendiri.
“Betul. Saya hidup untuk manusia. Dan saya akan dengan penuh kebanggaan akan membuat manusia senang dan bahagia jika melihat dan memakan bayam seperti saya.” Ilyas menjelaskan dengan volume suara yang bisa didengar 5 bayam disekitarnya.
Bermacam sikap setelahnya. Ada yang sepakat dengan apa yang Ilyas katakan, ada juga yang tidak setuju lalu mengeluarkan umpatan. Yang sepakat, menumbuhkan niat untuk mengikuti jalan hidup Ilyas.
“Sebentar lagi, saya mewakili para bayam akan tidak memalukan bangsa kita. Saya akan menjadi berguna bagi manusia!” Ilyas berusaha memanfaatkan kesempatan, untuk memengaruhi para bayam untuk hidup di jalannya. Baru saja Ilyas menyelesaikan kalimat motivasinya. Tampak tidak jauh darinya seekor serangga kepik, kurus cungkring, terbang dengan susah payah. Perut kepik itu terlihat begitu cekung dan dari balik perutnya mengeluarkan suara seperti geraman keras. Arah terbang semakin tidak terkendali, cepat menuju ke arah Ilyas. Lalu… Baammm!!! Menghantam tubuh Ilyas. “ADUUUHHH!!!” serentak Ilyas dan kepik ringkih berteriak kesakitan. Lalu tubuh kepik terpental dan mendarat di tanah gembur beberapa centi dari Ilyas. Kepik mencoba mengangkat tubuhnya sendiri dengan sisa tenaga.
“Lapar… aku lapar, sangat lapar. Tak ada tumbuhan di sini yang mau aku makan. Mereka semua lebih memilih manusia yang memakannya. Lapar. Aku lapar.” Rintih dan keluh kepik.
“Maaf, bukan saya tidak mau dimakan oleh kamu, tapi kehadiran saya di sini karena buah tangan manusia. Saya dan semua bayam di sini adalah hasil dari tindak tanduk manusia. Persiapan saya yang baik hingga saya bisa segar dan hijau, karena bantuan manusia pula. Makanya saya ingin manusia yang memakan saya.” Jelas Ilyas dengan mimik muka yang sedikit iba dengan kepik.
“Saya juga butuh kamu, saya butuh sesuatu yang segar dan hijau juga. Jika tidak saya musnah. Seribu dari kamu yang mengatakan hal sama, maka jutaan kepik seperti aku akan musnah.”
“Maaf. Tidak bisa. Sebelah kanan kamu ada hutan kecil, di sana banyak tumbuhan yang bisa kamu makan. Jangan makan saya. Saya milik manusia. Saya ingin manusia” bayam tampaknya tidak ingin melanjutkan perdebatannya dengan kepik. Ilyas lalu menutup pembicaraan dengan membuang pandangannya ke samping. Bersamaan dengan itu, tiba-tiba tubuhnya terbang ke langit. Sesuatu mencabutnya dari akar di tanah. Dengan cepat Ilyas lalu sudah berada dalam suatu wadah yang terbuat dari anyaman bambu. Dari sana Ilyas bisa melihat tubuh kepala manusia yang tadi mencabutnya. Yang tampaknya, sedang berjalan menuju ke ruangan dekat ladang.
Tampak para manusia sudah dengan posisinya masing-masing. Ada yang sedang menilai para bayam, mana yang layak dimakan dan mana yang tidak. Ada yang memberikan wadah baru berisi bayam-bayam lain. Wadah dimana Ilyas saat ini berada, saat ini sudah berada di atas meja penilaian. Satu manusia tampak mulai menggerakan tangannya untuk meraih para bayam. Jari-jarinya yang besar terlihat ‘merauk’ segenggam bayam. Ilyas mendapat giliran keempat. Saat tangan manusia menyentuh Ilyas dan para bayam yang lain, ternyata ada seekor semut hitam besar berada ditubuh Ilyas. Sehingga saat tubuh semut itu tersentuh oleh jari manusia. Secara reflek semut yang ketakutan itu menggigit jari manusia tersebut.
“Adddaaaaoooowww!!!...” manusia itu berteriak. Para bayam dengan Ilyas di dalamnya terlepas dari genggaman manusia. Jatuh menghantam lantai tanah di bawah meja penilaian. Karena menyangka semut itu masih berada di antara para bayam, dan karena faktor rasa sakit karena gigitan, manusia itu lalu dengan penuh amarah menginjak-injak para bayam dengan sekuat tenaga. Menginjak hingga tubuh para bayam rusak, penuh patahan, tidak hijau lagi. Karena sudah rusak, manusia memutuskan untuk membuang kumpulan bayam tersebut ke luar ruangan. Dengan sekali lempar, bayam-bayam itu terbang dan mendarat disekitar tempat sampah, di luar ruangan. Ilyas jatuh tepat di bawah tempat sampah. Sedang yang lain ada yang masuk ke dalam tempat sampah, atau tercecer di sekitarnya. Sembari meringis, hatinya teriris, karena hari ini secara cepat berubah menjadi miris. Matanya tidak kuat lagi untuk terbuka. Sedikit demi sedikit katup matanya menutup perlahan. Sedikit demi sedikit berdatangan kumpulan serangga jahat dan tikus got, dengan wajah seram dan sebentuk garis senyum yang mengerikan…


“Aduhh!!” sesuatu memukul bahu kananku dengan keras. “Rektor sedang bicara! Kayaknya dia ngeliatin lu tuh!” pelaku yang memukul bahu kananku bicara. Dengan setengah kesadaran, aku mendengar ucapan rektor, “…selamat kalian telah menjadi wisudawan. Bawa nama baik Universitas ini dan bergunalah bagi masyarakat luas.”
Aku terdiam mendengar ucapan tersebut. Otakku merespon cepat omongan tersebut, dan menyuruh mulutku mengatakan,
“Mau jadi apa aku setelah ini?”

* Tulisan untuk Lomba Blog ini, saya dedikasikan untuk Universitas dimana saya pernah diajari untuk berkebun ilmu (Universitas Padjadjaran). Saya bangga dan senang karena telah bisa kuliah di sana. Seperti Universitas atau Perguruan Tinggi lainnya, mencetak sarjana berkualitas memang sudah menjadi kewajiban, tapi mencetak manusia yang berkualitas hingga bisa menghadapi kehidupan nyata (realitas hidup) sungguh merupakan tindakan yang jauh lebih bermakna.

Leave a Reply

Please leave your message is you like this drawing picture, or if you want to order

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © Tiluan Studio - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -